Selasa, 08 Desember 2009

I Will Always Love U Mother

Wahyu Kushardiyanto 08 Desember jam 9:16 Balas
Ini adalah mengenai nilai kasih ibu dari seorang anak yang mendapatkan ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan secarik kertas yang bertuliskan sesuatu. Si Ibu segera membersihkan tangan lalu menerima kertas yang diberikan oleh si Anak dan membacanya.

”Ongkos upah membantu ibu:
1. Membantu pergi ke warung : Rp. 20.000
2. Menjaga adik: Rp. 20.000
3. Membuang sampah: Rp. 5.000
4. Membereskan tempat tidur: Rp. 10.000
5. Menyiram tanaman: Rp. 15.000
6. Menyapu halaman: Rp. 15.000
Total: Rp. 85.000”

Selesai membaca, si Ibu tersenyum memandang si Anak yang raut wajahnya mulai berbinar. Si Ibu lalu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.

“1. Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2. Ongkos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3. Ongkos airmata yang menetes karenamu: GRATIS
4. Ongkos khawatir karena selalu memikirkan keadaanmu: GRATIS
5. Ongkos menyediakan makan, minum, pakaian & keperluanmu: GRATIS
Total keseluruhan Nilai Kasihku GRATIS”

Airmata si Anak berlinang setelah membaca. Si Anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Aku sayang ibu" . Kemudian si Anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: “TELAH DIBAYAR”

I Miss U Mom….
Untuk almarhumah Ibu dari Bapak Fourqy Alfurqon Noordien

Oleh Bapak Fourqy Alfurqon Noordien

Kisah Seekor Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?”.
Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan”. Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.


Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah mengalami hal yang sama dengan belalang. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak semu yang membatasi semua kelebihan kita.


Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkah Anda separah itu? Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.


Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani Anda bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “kotak” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas kemampuan Anda?


Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami. Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun yang Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.
Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk Anda.




(*Dikutip dari Oktavia Elisawati)

Anjing Penakut

Wahyu Kushardiyanto 06 Desember jam 22:27 Balas
Ada seekor anjing yang berlari karena sangat kehausan hendak minum air ke sebuah sungai. Sesampainya di sungai anjing itu mulai mendekatkan mulutnya ke air. Ketika akan minum dia menatap ke air dan melihat ada anjing lain di situ (yang tak lain adalah bayangannya sendiri), si Anjing pun berlari karena terlalu kaget dan takut, tapi belum sampai 10 meter dia pun sadar dan kembali kemudian menceburkan dirinya ke sungai dan minum sepuasnya.
Teman,,, rasa takut itu sebenarnya sementara dan hanyalah bayangan dari diri kita sendiri. Untuk mengalahkannya kita harus menceburkan diri kita kedalamnya, sehingga rasa takut itu akan hilang dengan sendirinya.
Oleh Bapak Muhammad Majid Hariadi

Mempererat Ukhuwah, Menebar Nasihat

Al-Hafid Ibnu Ghiffary As-Shalih 06 Desember jam 17:06 Balas
Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar As-Sewed

Menjaga ukhuwah dengan saling menjaga harta, nyawa dan kehormatan

Sebagian kaum muslimin bertanya:
"Mengapa kita harus saling menyalahkan satu sama yang lainnya, bukankah kita masih sama-sama kaum muslimin yang bersaudara dan kita berkewajiban mempererat ukhuwah Islamiyah?"
Benar, kita adalah kaum muslimin yang memiliki ikatan ukhuwah. Untuk itu, maka kita tidak boleh saling mendhalimi antara satu dengan yang lainnya. Rasulullah SAw bersabda:
Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling mencurangi, janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi dan janganlah sebagian kalian menjual atas penjualan sebagian yang lainnya. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara! Seorang muslim adalah bersaudara, janganlah mendhaliminya, merendahkannya dan janganlah mengejeknya! Takwa ada di sini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali-. Cukup dikatakan jelek seorang muslim, jika ia menghinakan saudaranya muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya haram darahnya, harta dan kehormatannya. (HR. Muslim)
Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya. Jangan mendhaliminya dan jangan memasrahkannya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantunya. Dan barangsiapa yang memberikan jalan keluar dari kesulitan saudaranya, maka Allah akan memberikan jalan keluar bagi kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan tutupi aibnya pada hari kiamat. (HR. Bukhari Muslim)

Allah SWT juga berfirman:
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, oleh karena itu damaikanlah antara kedua saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat. (al-Hujuraat: 10)
Oleh karena itu, untuk mempererat ukhuwah kita harus saling menjaga da-rah seorang muslim, harta dan kehormatan mereka.Tidak halal darah seorang muslim kecuali dengan 3 sebab, yaitu: murtad, orang yang berzina dalam keadaan sudah pernah menikah dan qishash (pembunuh seorang muslim lainnya dengan sengaja harus dibunuh).
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud Ra Rasulullah SAw bersabda:
Tidak halal darah seorang muslim yang bersaksi bahwa tidak ada illah yang patut diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kecuali dengan tiga perkara: jiwa dengan jiwa, pezina yang sudah pernah menikah dan orang yang memisahkan diri dari agama dan meninggalkan jama'ah (kaum muslimin).

Dengan demikian, darah seorang muslim tidak halal kecuali dengan 3 hal di atas, itupun yang berhak mengeksusinya adalah para penguasa, bukan oleh sembarang orang. Maka kami mengingatkan kepada seluruh kaum muslimin untuk meninggalkan budaya preman dalam menyelesaikan suatu perselisihan.

Akhir-akhir ini -akibat jelek dari euforia demokrasi- telah menjalar di masyarakat kaum muslimin upaya menyelesaikan pertikaian dan perbedaan (ikhtilaf) dengan pengerahan massa. Memprovokasi kelompoknya untuk menyerang pada kelompok lain yang dianggap berbeda, sehingga terjadilah bakar-membakar, serang-menyerang atau akhlaq barbarian lainnya yang menimbulkan korban harta dan nyawa.

Harta siapakah yang dirugikan dengan terbakarnya berbagai prasana seperti masjid-masjid, gedung-gedung, sekolah-sekolah, pondok-pondok pesantren atau kantor-kantor dakwah? Nyawa siapakah yang menjadi korban dengan sikap arogansi dan barbarian di atas? Tentu saja harta dan nyawa kaum muslimin.

Apa yang mereka pahami dari hadits-hadits di atas? Bukankah hadits tersebut menunjukkan tidak halalnya darah seorang muslim, tidak halalnya harta seorang muslim dan tidak halal mendhalimi seorang muslim?

Mempererat ukhuwah dengan nasehat
Menjaga ukhuwah islamiyah adalah dengan menjaga hal-hal tersebut di atas: saling menjaga harta, darah dan kehormatan mereka. Bukan dengan membuang perintah Allah untuk saling nasehat-nasehati. Tidak seperti yang mereka katakan tadi: "Jangan saling salah-menyalahkan, bukankah kita bersaudara".

Kita katakan: justru karena kita bersaudara, kita harus saling mengingatkan mana yang benar dan mana yang salah. Karena seluruh kaum muslimin berharap jelasnya kebenaran dan kebatilan, sebagaimana dalam doa mereka di masjid-masjid:.
Ya Allah perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan bantulah kami untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah kepada kami yang batil adalah batil dan bantulah kami untuk menjauhinya.
Maka tujuan dakwah ini adalah menjelaskan yang haq adalah hak dan yang batil adalah batil. Sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Agar Allah menetapkan yang hak adalah haq dan membatalkan yang batil walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya. (al-Anfaal: 8)
Oleh karena itu, mengingatkan yang lupa dan memperbaiki yang salah jika diiringi dengan bukti-bukti dan dalil-dalil secara ilmiyah, justru akan mempererat ukhuwah islamiyah. Karena sudah merupakan kodrat manusia untuk berbuat salah dan lupa. Untuk itu harus ada di tengah mereka saling nasehat-menasehati dengan kebenaran dan kesabaran.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. (al-'Ashr: 1-3)

Nasehat-menasehati tersebut harus dilatarbelakangi oleh rasa kasih sayang dan ukhuwah islamiyah. Kita tidak ingin melihat saudara kita terjatuh ke dalam kesalahan dan penyimpangan (kebid'ahan) yang pelakunya terancam dengan neraka. Maka -dalam rangka ukhuwah islamiyah- kita wajib mengingatkan kesalahan mereka dan menjelaskan penyimpangan dan kebid'ahan-kebid'ahan mereka dengan berharap semoga Allah menyelamatkan seluruh kaum muslimin dari kesesatan dan penyimpangan.
Alloh SWT berfirman;
Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (al-Balad: 17)

Dalam rangka kasih sayang itulah, diperintahkannya amar ma'ruf nahi mungkar dalam banyak ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi SAW
Allah SWT berfirman:
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran: 104)

Betapa banyaknya ayat Allah dalam al-Qur'an dan hadits-hadits yang shahih memerintahkan kita untuk menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, karena tidak ada seorang manusia pun yang selamat dari kesalahan (ma'shum) kecuali Rasulullah. Dan tidak ada satu kelompok pun yang selamat dari ancaman api neraka, kecuali "al-jama'ah" yakni Rasulullah dan para shaha
batnya (salafus shalih).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Amr Ra Rasulullah bersabda:
Sungguh akan datang pada umatku apa yang pernah terjadi pada Bani Israil seperti sandal dengan sandal, hingga kalau pun di kalangan mereka terjadi orang yang menzinai ibunya sendiri, maka di kalangan umat ini pun akan terjadi. Dan sesungguhnya bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya dalam neraka kecuai satu golongan. Para shahabat bertanya: "Siapakah golongan tersebut ya Rasulullah?" beliau menjawab: "Apa yang aku dan para shahabatku telah jalani". (HR. Tirmidzi; Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Jami' Tirmidzi, hadits no. 2641)

Dengan demikian, maka tegur-menegur, nasehat-menasehati atau bahkan bantah-membantah antara satu kelompok dengan kelompok lainnya adalah wajar sebagai upaya menelusuri jalan kelompok yang selamat tersebut.

Kalau merasa apa yang dilakukannya adalah benar, sedangkan yang membantah itulah yang salah, maka bantahlah secara ilmiah pula dengan dalil-dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah dengan contoh-contoh dari salafus-shalih, para ulama dan lain-lain.
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(an-Nahl: 125)

Dengan budaya bantah-membantah secara ilmiah, masyarakat muslimin akan terbimbing dengan ilmu sehingga standar keilmuan mereka semakin tinggi. Sebaliknya jika kaum muslimin diajak oleh para tokohnya dan diprovokasi untuk saling menyerang dan merusak (secara fisik) terhadap kelompok lainnya yang masih muslimin dan masih shalat hanya dikarenakan beberapa perbedaan, maka yang terjadi adalah masyarakat terbiasa untuk taklid pada tokoh-tokohnya dan hilang suasana ilmiyah sama sekali.

Sedangkan budaya pengerahan massa yang lahir dari sistem politik demokrasi -yang notabene bukan dari ajaran Islam-, justru akan memecah-belah persatuan kaum muslimin dan merusak ukhuwah Islamiyah. Maka hadapilah kesalahan saudara-saudara kita itu dengan sikap yang baik, hingga ukhuwah akan tetap terjaga.
Allah SWT berfirman:
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Fushshilat: 34)

(Dikutip dari bulletin Manhaj Salaf)

Menyikapi Nikmat Dunia Sebagai Ujian

Al-Hafid Ibnu Ghiffary As-Shalih 04 Desember jam 17:22 Balas
Adalah suatu anggapan yang keliru bila cobaan hanya terbatas pada yang tidak mengenakkan saja.
Sebut misalnya kefakiran dan penyakit. Pandangan yang sempit tentang cobaan tersebut merupakan akibat dari ketidaktahuan seorang tentang kehidupan dunia. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala di banyak ayat Al-Qur’an telah menegaskan, demikian pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sekian haditsnya, bahwa nikmat dan kesenangan duniawi merupakan ujian bagi hamba sebagaimana kesengsaraan hidup juga dijadikan cobaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya’: 35)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata menafsirkan ayat ini: “(Kami uji kalian) dengan kesusahan dan kesenangan, dengan sehat dan sakit, dengan kekayaan dan kefakiran, serta dengan yang halal dan yang haram. Semuanya adalah ujian.”
Ibnu Yazid rahimahullahu mengatakan: “Kami uji kalian dengan sesuatu yang disenangi dan yang dibenci oleh kalian, agar Kami melihat bagaimana kesabaran dan syukur kalian.”
Al-Kalbi rahimahullahu berkata: “(Maksud Kami uji) dengan kejelekan adalah yang berupa kefakiran dan musibah. Sedangkan diuji dengan kebaikan adalah yang berupa harta dan anak.”
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ. وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ. كَلَّا بَل لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: ‘Rabbku telah memuliakanku.’ Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: ‘Rabbku menghinakanku.’ Sekali-kali tidak (demikian).” (Al-Fajr: 15-17)
Perhatikanlah ayat-ayat ini, bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji hamba-Nya dengan memberikan kemuliaan, nikmat, dan keluasan rezeki, sebagaimana pula Allah Subhanahu wa Ta’ala mengujinya dengan menyempitkan rezeki. Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingkari orang yang menyangka bahwa diluaskannya rezeki seorang hamba merupakan bukti pemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya dan bahwa disempitkannya rezeki adalah bentuk dihinakannya hamba. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingkari dengan mengatakan ﮪﮫ (Sekali-kali tidak), yakni bahwa perkara yang sebenarnya tidak seperti yang diucapkan oleh (sebagian) orang. Bahkan Aku (Allah Subhanahu wa Ta’ala) terkadang menguji dengan nikmat-Ku, sebagaimana terkadang Aku memberi nikmat dengan cobaan-Ku.
Di sana juga masih banyak ayat yang semakna dengan yang telah disebutkan. Misalnya:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَاكُمْ
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (Al-An’am: 165)
Juga firman-Nya:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya.” (Al-Kahfi: 7) [lihat ‘Uddatush Shabirin, karya Ibnul Qayyim rahimahullahu hal. 247-248, cet. Darul Yaqin]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِنَّ لِكُلِ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
“Sesungguhnya bagi tiap umat ada fitnah (ujian yang menyesatkan), dan fitnah umatku adalah harta.” (Shahih Sunan At-Tirmdzi no. 2336)
Sufyan rahimahullahu mengatakan: “Bukan termasuk yang mendalam ilmunya bila seseorang tidak menganggap bala (musibah) sebagai nikmat dan kenikmatan sebagai cobaan.” (lihat ‘Uddatush Shabirin hal. 211)
Musibah dianggap sebagai nikmat karena musibah yang menimpa seorang mukmin adakalanya sebagai penghapus dosa yang dilakukannya, atau untuk meninggikan derajatnya, atau sebagai cambuk peringatan agar dia kembali ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Syukur Nikmat
Segala nikmat yang diperoleh hamba dalam bentuk apapun, baik yang bersifat materi atau non-materi, yang bersifat duniawi atau ukhrawi, maka menuntut untuk disyukuri. Tentunya semakin banyak dan besar suatu pemberian maka kewajiban untuk bersyukur pun semakin besar. Ketika menyebutkan nikmat yang diberikan kepada Nabi Dawud q dan keluarganya berupa nikmat duniawi serta ukhrawi, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berikan kepada kebanyakan orang, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اعْمَلُوا ءَالَ دَاوُدَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Beramallah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah), dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (Saba’: 13)
Sebagian salaf berkata: “Tatkala dikatakan hal ini kepada keluarga Dawud, maka tidaklah datang suatu waktu kecuali di tengah-tengah mereka ada yang melakukan shalat. Adalah Khalid bin Shafwan tatkala masuk menemui Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu, ia mengatakan: ‘Wahai amirul mukminin, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak ridha ada seseorang kedudukannya di atasmu, maka janganlah kamu mau ada orang lebih bersyukur dari kamu’.” (Syarh Hadits Syaddad, Ibnu Rajab rahimahullahu, hal.41-42)
Bersyukur merupakan ibadah yang besar, sebagaimana firman-Nya:
وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (An-Nahl: 114)
Mensyukuri nikmat juga sebab paling utama untuk dilanggengkannya nikmat serta ditambahkannya. Namun sebaliknya, mengkufuri nikmat dan menggunakannya pada kemaksiatan juga faktor utama dari dicabutnya nikmat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)

Masih Banyak Waktu Luang

Pada saat jam istirahat kantor, seorang karyawan muda dengan wajah gembira dan penuh semangat, sedang berjalan mendatangi temannya. Ia penasaran dengan temannya yang sedang duduk di bangku sendirian dan hanya memegangi HP di tangannya. Wajah temannya terlihat resah dan banyak masalah yang menjadi beban pikirannya.

“Ada apa, sepertinya banyak masalah yang sedang kamu hadapi?” Tanya karyawan itu pada temannya.

“Gini, aku tu lagi pusing, banyak sekali tugas-tugas yang belum aku selesaikan, bikin laporan, makalah, presentasi, dan kegiatan lainnya sesampai di rumah nanti.” Keluh kesah temannya.

“Ah, sepertinya kamu tidak sesibuk itu.” Jawaban singkat karyawan muda itu.

“Lho kok bisa jawab seperti itu?” heran temannya.

“Buktinya kamu malah duduk-duduk saja di sini. Masih sempat buka facebook juga. Kenapa tidak diselesaikan satu demi satu?” Tanya singkat karyawan muda itu.

“O iya ya. Kenapa aku cuma duduk-duduk di sini?” kata temannya yang segera mengerjakan tugasnya.

Sering orang terjebak dalam berbagai macam pemikiran yang membuat dirinya terasa sibuk, padahal sebenarnya ia tidak melakukan apa-apa. Kesibukan dalam pikiran itulah yang membuat seseorang kehilangan banyak waktu berharga. Waktu luang terasa penuh baginya. Ia merasa berat karena terlalu sering melihat ke arah luar dari dirinya. Untuk mengatasinya; cobalah sejenak lihat apa yang ada dalam diri, sehingga akan tahu bahwa masih banyak waktu untuk melakukan terbaik saat ini. Esok adalah gambaran saja yang hasilnya berasal dari tindakan terbaik saat ini.

Oleh Wahyu Kushardiyanto

Waduh, di HP kemasukan nomor-nomor baru yang tak terhitung jumlahnya. ^_^



(*Di Kutip dari Wahyu Kushardiyanto)

Tanda Orang Bertaqwa

Al-Hafid Ibnu Ghiffary As-Shalih 03 Desember jam 22:47 Balas
5 Tanda Orang Bertaqwa menurut Syaidinna Usman bin Affan:

1. Tidak suka bergaul kecuali bergaul dengan orang-orang yang sholeh/sholehah, yang menjaga lisannya.
Bergaul dengan orang-orang sholeh karena kita akan mendapatkan banyak dakwah, masukan, kritik yang membangun dan ketenangan bila mendapatkannya dari orang-orang yang hanya mengucap kebenaran.

2. Jika mendapat musibah duniawi, ia menganggapnya sebagai ujian dari Allah SWT.
Salah satu yang mengangkat diri kita di mata Allah adalah lulusnya kita dari ujian yang diberikanNya. Ujian bukan hanya yang bersifat bala musibah, namun kenikmatan dalam hidup ini adalah ujian yang lebih besar. Bila diberikan musibah orang lebih mudah ingat kepada Allah namun saat diberi ujian kenikmatan, saat itulah Allah benar-benar sedang menguji kita.

3. Jika mendapat musibah dalam urusan agama ia akan sangat menyesalinya.
Teringat cerita Syaidina Umar bin Khattab yang ketinggalan satu rakaat shalat Ashar di Masjid hanya karena beliau sedang asyik berada dalam kebun kurmanya. Mengetahui dirinya telah tertinggal satu rakaat dalam berjamaah, Syaidina Umar pun begitu menyesali perbuatannya sehingga kebun kurma yang dianggap sebagai penyebab musibah itu akhirnya dijual.

4. Tidak suka memenuhi perutnya dengan makanan haram & tidak sampai kenyang.
Ini merupakan manifestasi dari sabda Rasulullah yang berbunyi ‘Makanlah sebelum engkau lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang‘. Sungguh suatu perintah yang seakan-akan mudah dilaksanakan namun saat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari betapa sulitnya melakukan hal itu. Dari sinilah bentuk ketakwaan seorang mukmin dibentuk.
5. Apabila memandang orang lain, orang itu lebih sholeh dari dirinya. Tapi bila memandang diri sendiri, dirinya adalah orang yang penuh dosa.
Nampaknya banyak diantara kita, apalagi yang telah diberikan hidayah dari Allah berupa kenikmatan dalam beribadah, kemudahan dalam bertahajud, keringanan dalam berpuasa sunah atau keindahan dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, mudah menganggap dirinya lebih sholeh dibanding lainnya. Padahal sikap merendah adalah salah satu yang dianjurkan oleh Rasul. Belajar tawadhu’ dan senantiasa melakukan amal ibadah tanpa membandingkan dengan orang lain adalah start yang baik untuk meningkatkan kualitas ketakwaan diri.

Selain tanda ketaqwaan di atas, ada 4 waktu yang tidak boleh disia-siakan, yaitu:

* Waktu untuk bermunajat
Setiap saat, bahkan saat mau tidur pun disunnahkan bertasbih, berzikir atau membaca Kalamullah. Bila kita tertidur saat kita sedang bermunajat, insya Allah kita dianggap sedang berdoa selama kita tidur, subhanallah.

* Waktu untuk meminta maaf dan berterima kasih
Tanpa pernah tahu kapan kepulangan kita ke Illahi Robbi, manfaatkan waktu yang ada untuk meminta maaf atas segala kesalahan kita dan berterima kasih kepada siapa-siapa yang telah membantu kita dalam hal apapun. Terutama bagi yang masih memiliki orang tua, sekarang juga kirim doa dan hubungi mereka, ucapkan maaf dan terima kasih atas segala yang telah mereka lakukan kepada kita.

* Waktu untuk mengevaluasi diri
Bertafakur, mengingat-ingat kembali dosa yang pernah dilakukan dan berjanji untuk tidak melakukannya kembali adalah perbuatan terpuji. Kadang dengan seringnya kita mengevaluasi diri kita, apa-apa yang menjadi kekurangan maupun kelebihan dalam hidup ini, dapat menjadikan modal yang berharga untuk masa depan.

* Waktu untuk beramal sholeh
Tidak perlu menunggu tanggal gajian, seberapapun yang kita miliki saat melihat ada yang sedang membutuhkan, mari ulurkan tangan. Allah akan melihat sekecil apapun amal ibadah kita dan akan menggantinya berlipat ganda apabila keikhlasan ada dibalik perbuatan kita membantu sesama.

Nilai Diri Kita

Wahyu Kushardiyanto 02 Desember jam 17:28 Balas
Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:

“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”

Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.

“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”

Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan. :)

***

Sahabat, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000

Sahabat, seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.

Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf.
Kita tetap tak ternilai di mata Allah.

Nilai dari diri kita, tidak timbul dari apa yang kita sandang, atau dari apa yang kita dapat. Nilai diri kita, akan dinilai dari akhlak dan perangai kita. Tingkah laku kita. seberapapun kita diinjak oleh ketidak adilan, kita akan tetap diperebutkan, kalau kita tetap konsisten menjaga sikap kita.

Sahabat, akhlak ialah bunga kehidupan kita. Merupakan seberapa bernilainya manusia. Dengan akhlak, rasa sayang dan senang akan selalu mengikuti kita, dan merupakan modal hidup.

Orang yang tidak mempunyai akhlak, meskipun ia berharta, tidak ada nilainya. Meskipun dia cantik, tapi jika sikapnya buruk dan tiada berakhlak, maka kecantikannya tiada berguna baginya. Begitu pula dengan orang yang berpangkat tinggi, tanpa akhlak, dia menjadi orang yang dibenci.


Dikirim oleh Ibu Zahra Attar (Dyah Anggarani)
Sumber : resensi.net

pesan buku

Wahyu Kushardiyanto 30 November jam 17:47 Balas
Karena banyaknya desakan dari anggota grup, akhirnya Buku DAHSYATKAN HIDUP DENGAN MOTIVASI, Versi 1:
“Semangat Anda Hari Ini Menentukan Sukses Anda Di Masa Depan”
Pengarang: Wahyu Kushardiyanto, dkk sudah boleh dipesan langsung lewat facebook. ^_^

Buku ini disusun dengan bahasa yang mudah dipahami serta penuh dengan makna. Berisi: Kumpulan Filosofi, Cerita Inspiratif, Kalimat Motivatif serta karya motivasi lainnya. (versi otak kanan ^_^).

Terbagi menjadi 10 bagian:
1. Pembangun Impian
2. Keberanian Memulai
3. Semangat Juang
4. Menghadapi Masalah
5. Pengembangan Diri
6. Hubungan dan Persahabatan
7. Cinta dan Keluarga
8. Berbuat Kebajikan
9. Kebijaksanaan
10. Kepemimpinan

Harga:
Khusus anggota grup yang berminat:
Jawa: Rp 25.000 + ongkos kirim: Rp. 35.000
Luar Jawa: Rp 25.000 + ongkos kirim: Rp. 40.000
Toko Buku: Rp 40.000 (sementara)

Karena tidak lewat penerbit, mungkin penyebaran buku tidak merata ke seluruh toko di Indonesia. (Tetap memiliki Hak Cipta yang dilindungi Undang-undang) Setidaknya anggota yang berada di wilayah sekitarnya Surakarta bisa mendapatkannya di toko-toko buku termasuk Gramedia.

Setiap bulan grup akan menerbitkan buku motivasi yang berbeda setidaknya 1000 eksemplar. Keuntungan yang diperoleh bukan royalti, sehingga cepat dikumpulkan untuk tambahan dana pembuatan film-film motivasi yang bisa didownload gratis oleh anggota grup. (Info: saat ini sudah ada penawaran kerjasama 2 rumah produksi yang berada di Jakarta dan Yogyakarta, kami ucapkan terima kasih).

Bagi member grup yang ingin memesan dan telah memesan buku sebelumnya, di mohon menuliskan alamat tujuan kirim dengan lengkap dan benar agar tidak salah kirim dengan membalas pesan ini.

Tidak perlu khawatir biaya kembali 100% jika tidak bermanfaat. (Asal jujur lho ^_^)

Terima Kasih.

kutipan motivasi

Wahyu Kushardiyanto 30 November jam 17:42 Balas
Dikisahkan terdapat sebuah batu besar yang tertimbun di tengah sawah. Bongkahan batu itu sudah bertahun-tahun menyebabkan banyak kesulitan bagi Pak Tani dalam membajak sawahnya. Sering cangkulnya rusak gara-gara mengenai batu itu. Padi yang berada di sekitar batu itu pun tidak tumbuh dengan baik.

Suatu hari Pak Tani membajak sawahnya. Hari ini cangkulnya rusak lagi. Biasanya Pak Tani hanya kesal saja melihat cangkulnya sering rusak. Namun, kali ini Pak Tani berusaha mencoba memindahkan batu besar itu. Digalilah tanah di bawah batu tersebut.

Betapa terkejutnya Pak Tani setelah beberapa menit menggali, ternyata batu besar itu cuma setebal 10 cm. Sebenarnya batu itu bisa dihancurkan mudah dengan palu biasa. Kemudian Pak Tani menghancurkan batu itu dengan tersenyum senang. Ia sadar bahwa masalah yang selama bertahun-tahun menimpanya itu bisa terselesaikan dengan mudah dan cepat.

Sering masalah yang dihadapi seseorang tampak besar sehingga takut untuk menyelesaikannya. Namun, bila ia mau menyelesaikan masalah itu sekarang, ternyata tidak sesulit apa yang dibayangkan.

Sumber: Buku DAHSYATKAN HIDUP DENGAN MOTIVASI Versi 1 Bagian IV tentang menghadapi masalah. Terbit bulan Januari 2010.
Karya: Wahyu Kushardiyanto

Spesial ucapan terima kasih kepada Bapak Joko Prasetyo (Director Training & HR Management Consultant Spiritindo). Seorang dosen, guru, teman, dan Inspirator bagi saya yang telah menyumbang ribuan artikel motivasi dalam penyusunan buku tersebut. Silakan mengunjungi websitenya di www.spiritindo.com