Senin, 04 November 2013

Ilmu Kehidupan (Ayah)

Sedari SD Ayahku sudah mengajarkanku bagaimana memanajemen keuangan. Ayahku memberi jatah per-1 minggu ketika SD. Kemudian SMP per-1 minggu juga. Hingga memasuki masa SMA ayah mulai memberi jatahku per-2 minggu hingga akhirnya per-1 bulan.
Ayah tak pernah mengatakan apapun tentang keuangan yang akan ku pegang.
Yang jelas, ayah mengajarkanku. Jika sudah diberi jatah, entah kurang atau cukup segitulah jatah yang ayah kasih kepadaku.
Aku tak pernah menuntut, bahkan mengeluh kekurangan. Walaupun aku pernah merasakan, hanya memiliki uang untuk berangkat dan tak tahu nanti bagaimana caraku untuk pulang.
Ayah juga tak pernah membiasakanku untuk dijemput jika aku pulang kemalaman. walaupun jarak perjalanan dari sekolah menuju rumah cukup jauh bahkan terkadang tempatku yang paling jauh dan susah kendaraan jika sore menjelang.
Bahkan suatu ketika aku harus mengerjakan tugas dirumah temanku dan sampai kemalaman. Aku disuruh mengabari kerumah agar menginap saja di rumah teman. Tapi ayahku berbeda. Jika aku akan menginap, aku harus ijin sebelum aku berangkat sekolah dan berbicara dimuka ayahku. Bagaimanapun caranya aku harus pulang. Bahkan sampai saat ini aku tak suka naik ojek, selain tukang ojek itu kebanyakan laki-laki juga mahal. karena uang jajanku takkan cukup untuk membayar ojek.
Ayah, banyak memberi insspirasi dalam hidupku. Ayah mengajarkanku bagaimana bekerja keras, bagaimana hidup mandiri, bagaimana berdikari.
Ayah tak pernah memberi nasihat secara lisan, namun ayah memberi nasihat dengan cara menyelami arti kehidupan yang ayah ajarkan padaku.
Hingga akhirnya aku masuk kesebuah perguruan tinggi, kala itu memang sudah menjadi rezeki dan takdirku, aku hanya mendaftar ke sebuah perguruan tinggi negeri, hanya mengambil satu jurusan dan satu jalur yang kulewati. sebelumnya ayah tak pernah bertanya aku mendaftar kemana, tetapi aku mencoba berikhtiar sendiri. dan akhirnya aku berbicara pada ayah, kalau aku diterima disebuah perguruan tinggi yang cukup ternama. Tentu ayah merasa bangga pada anaknya.
Ayah selalu berfikir dan berkata padaku, janganlah kamu memikirkan yang bukan menjadi tanggung jawabmu. tugasmu hanya belajar disini dan menyelesaikan pendidikanku. Tapi, aku tak mau. tetap saja bagaimanapun aku terpikirkan bagaimanapun caranya aku harus bisa membantu ayah dan meringankan biaya untuk ayah. Karena aku yakin pasti ayah sangat berat membiayaiku. Belum lagi ketiga adikku yang sudah SMA dan yang kedua di SD serta yang bontot masuk sekolah. Karena ini jaman modern, segalanya membutuhkan uang. Apalgi, semakin ahri biaya hidup semakin melonjak. Mungkin jamanku SD dengan uang Rp 300,- aku masih bisa jajan. Tapi, kini jaman adikku uang Rp 1.000,- hanya pas-pasan.
kini aku sudah berada dipenghujung usia studi S1-ku semoga segala yang ayah dan ibu inginkan juga aku inginkan dapat sejalan dengan yang Allaah inginkan. Berharap yang terbaik di awal 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar