Rabu, 20 November 2013

2

Aku terlahir di lingkungan yang biasa-biasa saja. Tak ada anak yang sebaya denganku ketika aku dilahirkan. Sebenarnya ada, namun entah aku yang sekolahnya terlalu cepat ataukah mereka yang sekolahnya lambat. Sehingga di jamanku aku hanya hidup seorang diri. Tanpa kawan sebaya. Bermain hanya dengan anak-anak yang usianya jauh dibawahku atau bahkan dengan yang usianya jauh diatasku. Aku terlahir sebagai perempuan. Namun, kebiasaan bermainku dengan laki-laki (entah karena ayahku terobsesi anaknya adalah laki-laki atau apalah namanya). Aku diperlakukan sebagaimana anak laki-laki lazimnya, pakaianku serba anak laki-laki, sepatu/ sandal, alat tulis, tas, buku, dan lain sebagainya serba milik anak laki-laki. Namun, aku pun tak kehilangan sisi feminimku. Aku bisa memasak, aku bisa membantu ibuku, aku pun tidak malu.
Sejak kecil pun aku tak suka berpakaian ketat, bercelana pun tak pernah jeans. Hingga akhirnya ketika aku menginjakkan kakiku di bangku SMA, aku terjerumus pada lubang hidayah.
Aku tak pernah menyangka, aku yang dahulu bisa seperti aku saat ini. Dahulu waktu aku masih awal sekolah, aku melihat kakak kelasku yang berjilbab lebar aku bertanya-tanya dalam hatiku. Kenapa, kita berpakaian itu berbeda-beda?
Padahal kita semua sama, aku pun tidak menyangka akan dikenalkan dengan dunia yang begitu mengasyikkan untukku (masa remaja), dan begitu penuh perjuangan dan pengorbanan (masa dewasa hingga tua).
Menyakitkan, pahit, perih, sepi, sendiri, tak ada kawan yang bisa ku temui. Semuanya, tak seperti dulu. Tak seperti dulu ku pertama kali mengenalnya. Mereka begitu kejam padaku, mereka begitu sinis padaku, mereka begitu acuh padaku, mereka tak lagi memahamiku, mereka tak lagi menyukaiku, mereka semua bagaikan pohon beringin yang besar namun berhantu. Bak misteri yang sulit ku buka tabirnya.

Ternyata, ini semua akan menjadi indah tatkala ku resapi maksud dan maknanya. Aku berada dalam proses untuk acuh pada perkataan orang lain terhadapku, proses menuju pencarian jati diri, proses pengembangan potensi diri.


(un-date)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar