Rabu, 20 November 2013

6

Kamis, 29 november 2012
Pukul 16.22 di kamar ku qurrata ayun
Dear my life..
Sore ini aku ditemani murotal, hujan, petir yang menyambar serta angin yang melambai-lambai.
Yah, layaknya petir yang mengagetkanku setiap kali ia menyapa. Rasa-rasanya kali ini setiap aku terbangun dari lamunanku, aku selalu dikagetkan dengan... “ohh, inilah hidup”. Ya, inilah hidup... yang terus akan kau jalani hingga tiba masanya nanti ku pergi meninggalkannya jauh dari kehidupanku di dunia ini.
Sengaja aku belum pulang ke pondokkan dimana aku KKN. Tidak hanya satu hal yang menjadi alasanku, tapi beberapa hal, mungkin banyak hal. Salah satu, salah dua, salah semuanya itu adalah: aku harus mengerjakan date line tugasku yang terus beriringan datang silih berganti yang entah sampai kapan akan berakhir (yaa, sampai aku selesai mengerjakannya), menenangkan diri dari segala penat yang kurasakan dari setiap keramaian yang kurasakan.
Aku rindu sebuah ketenangan di dalam keramaian,.. aku rindu keramaian di dalam kesunyi-senyapanku. Aku masih terus mencari dan bertanya-tanya siapakah yang bersukarela untuk menjadi sahabat sejatiku, yang terus dan selalu membimbingku jika aku dalam keadaan futur. Tapi, aku akan terus menunggu hingga entah kapan aku akan menemukannya. Mungkin sampai akhirnya tiba masaku, pun aku akan terus menunggu.
Kawan, maafkan aku jika sikapku tak pernah bisa membuatmu nyaman selama berada di dekatku, jika selama kau dekat denganku kau hanya merasakan kesusahan saja yang diakibatkan olehku.
Ayah, maafkan anakmu ini, yang terus-terusan selalu merepotkanmu, yang terus menerus meminta untuk dipenuhi segala kebutuhanku yang mungkin engkau sebenarnya tak sanggup untuk memenuhinya, namun kau terus berusaha untuk memenuhinya demi membahagiakan anakmu ini, yang sebenarnya anakmu ini tak tahu apakah akan dapat memenuhi permintaanmu, atau bahkan menyenangkan hatimu sekedar untuk berbakti padamu dimasa tuamu kini.

Ibu, maafkan aku jika selama aku hidup kau terus berderai air mata karena kau terus harus bersabar dalam menyikapi kenakalanku yang sebenarnya kau pun telah capek untuk mengawasiku yang sehinga kau harus membagi waktu mu untuk mengurusku, mengurus pekerjaan rumah tanggamu, tapi engkau tak pernah mengeluh sedikit pun, yang kau pikirkan hanyalah kebahagiaanku semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar